Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS) sedang memecahkan rincian kesepakatan penting untuk memperkuat perdagangan dan pertahanan, melainkan kesepakatan tak akan tercapai kalau Arab Saudi dan Israel tak menjalin kekerabatan diplomatik. Hal hal yang demikian dinyatakan sejumlah pejabat AS.

Perjanjian pertahanan akan memperkuat aliansi keamanan slot terbaru selama tujuh dekade antara Arab Saudi dan AS, serta semakin mengikat mereka satu sama lain seiring dengan upaya musuh-musuh AS seperti Iran, Rusia, dan China memperluas imbas mereka di Timur Tengah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut telah lama mengincar menjalin kekerabatan dengan Arab Saudi, negara yang menjadi rumah bagi website-website suci umat Islam.

“AS ketika ini sedang mendiplomasi satu kesepakatan besar yang melibatkan tiga bagian,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller pada hari Kamis (2/5/2024), seperti diberitakan CNN, Pekan (5/5).

Komponen pertama mencakup paket perjanjian antara AS dan Arab Saudi, bagian berikutnya merupakan normalisasi kekerabatan antara Arab Saudi dan Israel, dan bagian ketiga merupakan jalan menuju negara Palestina merdeka.

“Semuanya saling terkait. Tak satupun (bagian) maju tanpa yang lain,” kata Miller.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebagian waktu lalu menuturkan, “Supaya normalisasi antara Arab Saudi dan Israel bisa diciptakan, seharusnya ada jalan bagi negara Palestina dan ketenangan di Gaza.”

“Pekerjaan yang telah dilakukan Arab Saudi dan AS dalam hal perjanjian, berdasarkan aku berpotensi hampir selesai, melainkan untuk melanjutkan normalisasi, diperlukan dua hal: ketenangan di Gaza dan jalanan yang kredibel menuju negara Palestina,” ujarnya.

Para pakar menandakan pakta Arab Saudi-AS sebagai “seperangkat pemahaman komprehensif” yang mencakup jaminan keamanan, ekonomi, dan teknologi bagi kerajaan hal yang demikian, serta dukungan terhadap program nuklir sipilnya.

Kesepakatan normalisasi ini diinginkan mencontoh Abraham Accords, merupakan serangkaian perjanjian di mana empat negara, Bahrain, Uni Emirat Arab, Maroko, dan Sudan mengakui Israel. Langkah mereka memungkiri tuntutan lama banyak negara supaya berdirinya negara Palestina merdeka menjadi persyaratan atas pengakuan Israel.

Pemerintahan Joe Biden dilaporkan menjadikan normalisasi Israel-Arab Saudi sebagai sentra kebijakan Timur Tengahnya. AS dan Arab Saudi terus berbicara mengenai pakta hal yang demikian pada tahun 2023.

Serangan Israel ke Jalur Gaza, yang telah menghancurkan daerah kantong hal yang demikian dan menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, disebut para analis mungkin telah mengubah parameter kesepakatan Arab Saudi. Penerimaan Israel terhadap berdirinya negara Palestina merdeka dinilai menjadi kunci bagi bagian normalisasi penting dari kesepakatan yang lebih luas.

“Kami memiliki garis besar mengenai apa yang perlu terjadi di Palestina … (jalan menuju negara Palestina) yang kredibel dan tak bisa diubah,” ungkap Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan tanpa mengacu pada normalisasi kekerabatan dengan Israel.